NEWSLINE.ID | Suasana damai di perairan Pantai Barate, Desa Poto, Kabupaten Kupang, mendadak pecah oleh kabar mengejutkan. Seekor paus besar ditemukan tak bernyawa, tubuhnya mengambang perlahan di antara ombak kecil laut yang sebelumnya begitu tenang.
Penemuan mengejutkan ini pertama kali dilaporkan oleh Def Fanggidae, seorang nelayan yang sedang melaut bersama rekan-rekannya. Tak butuh waktu lama, laporan segera diteruskan kepada Bhabinkamtibmas Desa Poto, Aipda Stefenson Radjah.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Menyadari potensi ancaman ekologis dari bangkai raksasa tersebut, Aipda Stefenson langsung bergerak cepat. Ia berkoordinasi dengan Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional (BKKPN), aparat desa, kecamatan, serta para nelayan setempat. Paus itu bukan sekadar hewan mati—ia adalah sumber potensi bahaya bagi ekosistem laut dan kesehatan masyarakat jika tak segera ditangani.
Namun, hari berganti, dan bangkai paus itu masih terombang-ambing di tempat yang sama. Evakuasi belum bisa dilakukan, terkendala oleh kondisi medan yang sulit serta lemahnya jaringan komunikasi di wilayah Fatuleu Barat. Proses koordinasi pun terhambat, memaksa semua pihak bersabar di tengah tekanan waktu dan risiko lingkungan yang mengintai.
“Penanganan segera sangat penting agar tidak berdampak pada lingkungan dan kesehatan warga,” tegas Kapolsek Fatuleu dalam pernyataan resminya, Senin (05/05/2025).
Penyebab kematian paus masih menjadi misteri. Apakah ia tersesat, terluka akibat tabrakan dengan kapal, atau justru mengidap penyakit laut yang belum diketahui? Hingga kini, jawaban itu masih menjadi teka-teki bagi para pihak berwenang yang tengah menyelidiki.
Sementara itu, warga diminta menjauh dari lokasi bangkai demi alasan keselamatan dan pelestarian lingkungan. Aroma kematian yang perlahan menyebar menjadi pengingat akan rapuhnya kehidupan laut di tengah aktivitas manusia yang kian masif.
Pantai Barate kini bukan lagi sekadar garis pantai nan tenang. Ia menjadi saksi bisu dari pertemuan tragis antara manusia dan makhluk agung samudra—sebuah peristiwa yang menyentuh hati dan menyadarkan kita akan betapa rentannya ekosistem laut yang menjadi penopang kehidupan.***
Penulis: DJOHANES BENTAH